Artikel: PENTINGNYA PERASAAN PESERTA DIDIK DALAM PBM
Nama & E-mail (Penulis) : MEDIAN MUTIARA
Topik : PENDIDIKAN HUMANISTIK
Tanggal : 30 JUNI 2006
Pendekatan Humanistik : Pentingnya Perasaan Peserta Didik dalam PBM
Oleh : Median Mutiara
Pengajar : Bahasa Inggris Mahasiswa S2 Pendidikan Bahasa dan Sastra
Universitas Negeri Surabaya
Sikap dan perasaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pelajaran apapun, demikian pula dalam pembelajaran bahasa asing, pengaruhnya sangat besar. Ketidaknyamanan belajar bahasa asing, dirasakan oleh pembelajar karena keadaan kelas yang traumatik. Mereka menilai bahasa asing adalah pelajaran yang sangat sulit, namun di dalam kelas, mereka seakan tidak mendapatkan apa-apa dan akan cepat melupakan akan apa yang mereka pelajari di kelas. Selain mungkin mengenai kurikulum yang diterapkan, hal ini dapat juga disebabkan oleh kelemahan atau ketidakpekaan pengajar dan metode pengajarannya. Sehingga, saat ditanya bagaimana belajar bahasa asing menurut mereka, hanya satu jawaban yang diujarkan, "sulit".
George Isaac Brown (1975) dalam bukunya The Live Classroom mengatakan bahwa terdapat dua macam keadaan kelas, yaitu kelas hidup dan kelas mati. Dalam kelas mati, pembelajaran bersifat mekanistik, rutin, ritual yang berlebihan, pasif, dan membosankan. Guru seperti robot dan siswa diumpamakan seperti sebuah wadah yang hanya bisa menerima dan menampung semua hal yang diberikan guru (di Maskowitz, 1978: 10). Kelas seperti ini tidak akan memberikan pengertian apapun tentang suatu mata pelajaran malah akan membuat siswa bosan dan pada akhirnya membenci pelajaran dan guru tersebut. Tentu saja tidak ada motivasi bagi mereka untuk mencapai prestasi yang memuaskan. Sedangkan kelas hidup penuh dengan kegiatan belajar dimana siswa berpartisipasi dengan antusias. Tiap siswa pun dihargai dan diperlakukan seperti manusia oleh gurunya, sehingga pembelajaran pun ikut hidup (ibid).
Inilah yang dinamakan pendekatan humanistik yang memperhatikan perasaan peserta didik. Pendekatan ini tentu saja berbeda dengan pendekatan kognitif dimana hasil yang dicapai pun akan sangat berbeda. Mahmoudi dan Snibbe (1974) mengadakan sebuah penelitian komparatif dimana mereka mengatur sedemikian rupa agar pengajar pada suatu kelas memberikan perhatian yang besar, kasih sayang, acceptance dan penghargaan pada siswa-siswinya, sedangkan kelas yang lain tidak. Hasil pada akhir semester menunjukkan meningkatnya prestasi nilai siswa dan menurunnya ketegangan kelas pada kelas pertama yang diberikan perhatian lebih dibanding kelas kedua (di Chastain, 1971).
Hal-hal penting yang harus diperhatikan setelah mengetahui cara kerja model di atas dan kaitannya dengan pengajaran adalah:
a. Idealnya, area terlebar adalah Area Terbuka/ Umum dimana anda dan orang di luar anda mengetahui banyak hal tentang anda, sehingga area lain lebih kecil. Hal ini bisa terjadi saat anda sering bercerita tentang diri anda pada orang lain sehingga akan ada masukan atau feedback yang anda terima dari orang lain. Hal ini sangat baik karena anda akan lebih mudah mengenali diri anda, termasuk segala kelebihan dan kekurangan.
b. Sehingga, semakin orang lain mengetahui diri anda, semakin sempit dan kecil Area Tersembunyi dan semakin besar dan lebar Area Terbuka anda.
c. Selanjutnya, area Titik Buta akan semakin mengecil bila orang di sekitar anda memberikan feedback tentang hal-hal yang tidak anda ketahui (tentang diri anda).
d. Saat proses bercerita, berbagi, dan saling memberikan feedback, maka anda bisa mengembangkan pandangan (insight) diri anda. Dan apa yang tidak anda ketahui tentang diri anda bisa terungkap. Tentu saja hal ini akan lebih memperluas Area Terbuka anda.
Dalam hal ini, teknik humanistik bertujuan untuk membuka Area Terbuka peserta didik agar tumbuh lebih percaya diri dan lebih mengenal dirinya melalui proses memberi dan menerima informasi tentang diri mereka dan orang lain. Teknik ini tentu saja dapat memberikan kenyamanan peserta didik saat berinteraksi di dalam kelas. Johari Window model sendiri adalah sebuah konsep yang dapat diterapkan di kelas oleh tenaga pendidik melalui hal-hal yang mungkin dianggap sepele, seperti: tidak berkata "salah" untuk jawaban atau pendapat yang dilontarkan peserta didik, namun diganti dengan "bagus, namun masih 30% benar" atau "sedikit lagi", dll.; mencoba berinteraksi dengan peserta didik melalui obrolan ringan yang tujuannya mendekatkan jarak sosial antara guru dan siswa sehingga ketegangan akan sangat berkurang; memantau siswa tidak dari balik meja guru namun langsung mendekati meja siswa; dan masih banyak lagi.
Inti dari pengajaran humanistik ialah bahwa dalam pengajaran apapun, perasaan peserta didik adalah faktor yang harus ada dan harus diperhatikan, karena faktor tersebut mempunyai peran yang sangat berpengaruh. Selaras dengan hal tersebut, Hawley dan Hawley (1972) menambahkan bahwa pembelajaran tidak dapat dilaksanakan dengan baik tanpa adanya perhatian pada faktor emosional dan nilai-nilai yang dibawanya. Di lain pihak, pembelajaran juga tidak dapat dijalankan dengan kekosongan informasi. Oleh karena itu, kedua-duanya harus menjadi satu (di Maskowitz, 1978: 14).
Referensi:
Chastain, Kenneth. 1976. Developing Second-Language Skills: Theory to Practice. Chicago: Rand McNally Publishing Company.
Moskowitz, Gertrude. 1978. Caring and Sharing in the Foreign Language Class. Massachusetts: Heinle and Heinle Publishers.
REINKARNASI CINTA
SESUATU BANGKIT DALAM HATIKU
MEMBANGUNKAN TIDURKU YANG LELAP
AKU TERJAGA….
AKU TERSENTAK….
APAKAH INI CUMA MIMPI…?
TERASA KERAS BERGETAR
SESUATU DALAM JANTUNGKU
MENYUMBAT OTAK DAN NADIKU
AKU BERUSAHA MENGELAK
SEMUA BERGETAR..
SEMUA MENGELEPAR…
WAHAI CINTA
APA ENGKAU TAHU DENGAN HATIKU
MENGAPA ENGKAU KEMBALI SAYANG
SAAT RASAKU SEDANG BIMBANG
SATU LAGI PERGI
Bagai sehelai daun yang gugur dari tangkai musim
Dan detak detik jam dinding diawal hari
Mengingatkan aku…
Bahwa kau dan aku tak mungkin bersatu lagi
Mimpi sudah berakhir
Harapanku telah kandas seketika
Hangat kasih sayangmu yang selalu ku pinta
Tak lagi ku simpan dalam buku harianku
Dan sekarang….
Ingin ku kabarkan kepadamu
Bahwa sebuah rencana bernama cinta
Telah hancur lebur
Ditelan sebuh kedustaan
Sesungguhnya…
Masih banyak yang tidak kita mengerti
Namun semua itu tak jua bias terjawab
Mengapa setiap kepergian
Selalu menggoreskan kepedihan
TUGAS TIK (BLOG)
NAMA : FRIAWATI PANGTIYANINI (17)
MITTA ADMININGSIH (19)
KELAS :XI IPA3
TEH MAHKOTA DEWA BISA KANGGO TAMBA MANEKA WARNA
Limang taunan kepungkur tanduran mahkota dewa populer banget ing satengahe masyarakat. Meh saben pawongan kepingin duwe lan nandur jinis tanduran kang asale saka Pulau Papua kasebut. Tan kocapa bareng wis akeh sing nandur kahanan iku dadi sakwalike, yaiku mahkota dewa mung kaya uwuh.
Kahanan iku kang dimanfaatke bapak Drs. HM. Maryono kanggo tamba. Woh mahkota dewa kang wis dirajang lan dipepe garing dicampur karo teh ijo lan kemladheyan teh. Kanthi campuran mahkota dewa teh 70% lan kemladheyan teh 10%, kang banjur dijenengi minuman kesehatan teh mahkota dewa.
HM. Maryono banjur njajal kasiate jamu iku kanggo tanggane sing lara dharah tinggi lan asam urat dikon ngombe saben esuk lan sore sasuwene seminggu. Asile maremake, tanggane banjur katon sehat. Wiwit kuwi HM. Maryono ngupaya masarake jamune marang tangga-tanggane sing cerak, banjur mbedal tekan njaban daerah. Lan saiki wis tekan saindhenge nuswantara, klebu Merauke.